Pagi, jam weker berbunyi, bangun, kesal di kamar mandi,
dingin, air jatuh dari badan ke lantai, pakai baju model terkini, pakai sepatu
mengkilap sekali, baju rapi dan wangi, minyak wangi dari merek terkini, tak
peduli beli di stasiun cikini, starter kendaraan seperti mau dikebiri, melaju
cepat tanpa lihat kanan kiri, disini gedung itu berdiri, membantuku jadi budak
di hidupku sendiri, ternyata budak bukan aku sendiri, duduk berlama-lama hingga
pantat seperti duduk diatas duri, jam pulang sudah siap menghampiri, kuambil
sebatang rokok dan kunikmati, udara ternyata dapat berwarna putih disini, 4
batang kuhisap tanpa kusadari, lekas kuangkat kaki pergi dari sini, kustarter
kendaraan sepeti mau dikebiri, melaju tidak terlalu cepat dan melihat kanan
kiri, kuberhenti dibawah pohon yang sudah 6 tahun kuhampiri, dari hari ke hari
sampai hari ini, kebergurau dengan mereka yang selalu setia menemani, tak
peduli diriku ceria atau sedang sakit hati, aku hanya berpikir hidupku bukan
sebuah sanggar tari, tidak terkesima jika badanku bergerak sampai mereka
berdiri, kini baju tidak terlihat seperti model terkini, sepatu yang tidak mengkilap
sama sekali, baju tidak rapi dan hanya bau stasiun cikini, mereka punya 2 mata
bukan illuminati, mereka tahu mana yang layak disanjung dan diludahi, kini aku
pergi ketempat dimana aku dirawat sedari bayi, kulihat kerut wajah mereka yang
ada di setiap sisi, aku berdoa agar mereka tidak cepat mati, akan kuberi mereka
bayi dari seorang istri, kuhadiahkan mereka sebuah penginapan di waikiki, kini
aku siap bermimpi, untuk menyambut pagi disertai jam weker berbuni, bangun ,
kesal di kamar mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar